Minggu, 16 Oktober 2016

5 Tanda-Tanda Montir Bengkel “Nakal” Mencoba Menipu Anda

Inilah 5 Tanda-Tanda Montir Bengkel “Nakal” Mencoba Menipu Anda


Memasuki masa-masa mudik tentu saja membuat Anda harus mempersiapkan kendaraan Anda sebaik mungkin. Salah satunya adalah melakukan general check up dan service kendaraan Anda, baik dilakukan secara sendiri, ataupun membawa kendaraan Anda menuju bengkel . Meskipun bengkel resmi dan bengkel umum sama-sama marak di Indonesia, tetapi masyarakat jauh lebih memilih bengkel umum karena harganya yang murah.
Meski begitu, membawa kendaraan Anda ke bengkel umum terkadang belum tentu menjadi solusi terbaik. Apalagi jika bengkel tersebut memiliki montir “nakal”, yang membuat Anda mengeluarkan dana besar-besaran untuk kebutuhan yang tak seberapa. Karena itulah, agar Anda bisa terhindar dari kejadian menyebalkan seperti ini, perhatikan dan waspadalah akan 5 tanda-tanda montir bengkel “nakal” sedang mencoba menipu Anda, berikut ini:
1.Montir Tidak Menjelaskan Secara Rinci Mengenai Kondisi kendaraan Anda
Seorang montir pastinya paham betul mengenai seluk beluk kerusakan mobil, bahkan hingga ke detail terkecil sekalipun. Apalagi dengan penggunaan komputer sebagai alat bantu check up, maka kondisi kesehatan kendaraan Anda pastinya sudah bisa langsung terdeteksi dengan cepat.
Lalu, bagaimana jika montir tidak menjelaskan secara rinci mengenai kondisi kendaraan Anda? Lebih baik Anda tanya mengenai kondisi kendaraan Anda hingga se-detail mungkin, meskipun sebenarnya Anda sendiri (mungkin) tidak terlalu paham kerusakan yang dimiliki. Jika masih saja montir tak menjawab secara rinci mengenai kondisi kendaraan Anda, segera pindah dan carilah bengkel resmi kendaraan Anda. Sebab bengkel resmi biasanya memiliki kemampuan untuk menjelaskan lebih rinci mengenai kondisi kendaraan Anda.
Penjelasan mengenai kondisi kendaraan Anda. (photo by everettservice)
Penjelasan mengenai kondisi kendaraan Anda
2.Montir Mengatakan Kondisi Mesin Kendaraan Anda Rusak Parah.
Seiring mobilitas Anda yang semakin tinggi dan penggunaan BBM dibawah standar pabrikan memang secara tak langsung mengurangi kondisi mesin kendaraan Anda. Karena itulah, dibutuhkan servis secara berkala agar kendaraan Anda bisa terus optimal terjaga. Sayangnya, untuk membuat kendaraan Anda optimal kembali, bagian mesin harus mendapatkan perbaikan yang cukup banyak. Inilah yang seringkali menjadi alasan para montir “nakal” menakut-nakuti pemilik kendaraan bahwa tunggangannya mengalami kerusakan parah pada bagian mesin.
Nah, jika hal ini terjadi kepada Anda, pastikan dulu jika memang benar mesin kendaraan Anda sudah perlu mendapatkan perbaikan secara intensif. Atau, lebih mudah bawa kendaraan Anda ke bengkel resmi, agar Anda bisa lebih memastikan kondisi mesin kendaraan Anda. Dan terakhir, selalu jaga kondisi mesin Anda dengan mengikuti instruksi dari pabrikan mengenai standar penggunaan oli dan BBM yang disarankan.
Pemeriksaan Mesin (photo by road-reality)
Pemeriksaan Mesin

3. Montir Mencoba Memperbaiki/Mengganti Parts Diluar Keperluan
Pernahkah Anda mengalami kejadian dimana Anda hanya perlu mengganti parts kecil dari kendaraan Anda, tapi malah berakhir mengganti parts-parts lain yang sebenarnya masih dalam kondisi baik dan aman. Jika hal ini terjadi, bisa jadi Anda dikerjai oleh montir “nakal” di bengkel tersebut.
Untuk menghindari hal ini, biasakan selalu mengetahui secara pasti bagian mana saja yang rusak dari kendaraan Anda. Selain itu, jika ada permintaan untuk mengganti parts lain dari kendaraan Anda, periksa dahulu apakah memang benar-benar dibutuhkan untuk menggantinya dengan yang baru atau tidak. Sebab, Anda bisa menghemat biaya servis jika memang parts yang diminta montir tak perlu diganti saat itu juga.
Montir (photo by chevrolet)
Montir

4. Mengganti Parts Kendaraan Dalam Jumlah Banyak
Mengganti parts kendaraan secara teratur memang wajib dilakukan, demi menjaga kesehatan dan reliabilitas kendaraan Anda. Tapi jika Anda diharuskan mengganti parts kendaraan dalam jumlah banyak, maka bersiap-siaplah untuk tersiksa karena biaya yang perlu Anda keluarkan di bengkel jadi membengkak.
Agar bisa menghindari kejadian seperti ini, tanya montir yang mengurusi kendaraan Anda, apakah diperlukan untuk mengganti parts secara keseluruhan atau hanya bagian-bagian tertentu saja. Selain itu, pastikan montir yang mengurusi kendaraan Anda memperlihatkan kondisi fisik dari parts yang perlu diganti.
Checklist (photo by bwmotorworks)
Checklist

5.Montir Anda Merekomendasikan Spare Part yang Diragukan Kualitasnya
Saat terjadi penggantian parts dalam kendaraan Anda, seringkali spare part yang direkomendasikan oleh montir terdengar asing di telinga Anda, sebagai pengganti spare part original keluaran pabrikan yang seringkali mahal harganya. Tapi, apakah Anda rela kendaraan Anda menggunakan spare part yang diragukan merek dan kualitasnya?
Untuk itulah, alangkah baiknya Anda cari tahu lebih awal mengenai spare part apa yang direkomendasikan oleh montir. Selain itu, selalu utamakan menggunakan spare part original keluaran pabrikan, agar kondisi kendaraan Anda jauh lebih baik. Tetapi, jika harus berakhir pada merek aftermarket, selalu gunakan merek yang memang terkenal spesialis dan memiliki kualitas yang setara dengan spare part original, atau yang lebih dikenal dengan istilah OEM (Original Equipment Manufacturer).
spare part (photo from Google)
spare part 


Referensi :
https://www.carmudi.co.id

Service honda AHASS mencekik dompet

Service Honda AHASS 1058 Semangat Motor, mencekik dompet dan memuakan!


Berita ini saya ambil dari orangemood.wordpress.com semoga bisa waspada terhadap bengkel-bengkel motor yang nakal, curang dan penipu!

Masih berhubungan dengan pasca banjir, saya cukup sial dari urusan keluar duit beres2 setelah banjir, karena motor saya yang terendam 1 hari, saya bawa ke bengkel, saya pikir bengkel AHASS lebih bisa di percaya tenyata? jangan pernah ke AHASS kalo anda tidak ingin dompet anda kering!
Percaya atau tidak, kemarin saya service disana tepatnya Honda AHASS 1058 Semangat Motor Jl. Tanjung Duren Rana No. 25 Telp : 5657814 Tomang Jakarta Barat 11470 (lewat pasar kopro) dompet saya di kuras hampir sekitar 900.000 rupiah! dan setelah negosiasi dengan melakukan pengurangan service sana sini saya membayar 786.000 rupiah!
What the hell??? saya kecewa sekali karena saat saya hendak membatalkan dan keluar dari bengkel itu mesin motor saya sudah di obrak abrik, bagaimana saya bisa membawanya?! lalu bagaimana dengan orang lain yang sedang mengalami musibah banjir juga, memiliki keluarga dan gaji pas2an misal 1,5 jt kebawah?! AHASS lebih pantas di eja AH – ASS !!!
Saya lihat di bon, yang membuat mahal adalah jasa service yang terpisah2 dan mahal, let say ongkos buka mesin 75.000 dan ternyata ongkos buka kopling kena lagi 65.000 ??? ngga masuk akal banget karena ongkos ganti oli juga kena 25.000, terus terang saya bukan orang yang suka langsung marah2 di muka umum, jadi saya hanya berguman saya tidak akan pernah datang lagi dan saya akan menyampaikan ke orang2 yang saya kenal.
Semoga anda tidak mengulangi kejadian seperti ini… AHASS memang Ah… Ass!

Minggu, 01 Mei 2016

Pilot Abdul Rozaq Mengenang Pramugari yang Terlempar keluar (tewas) Saat GA421 Mendarat

Posted on  by  in 

Jakarta – Kapten pilot Abdul Rozaq menghitung jumlah penumpang dan kru setelah pesawat Boeing 737-300 Garuda Indonesia GA421 mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, 16 Januari 2002. Ternyata ada 1 pramugari yang hilang, Santi Anggraeni. Tak ada firasat sebelumnya, selain Santi sempat menyinggung tentang pulang kampung.
Pada 15 Januari 2002, sebelum pesawat berangkat dengan rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram, pilot Abdul Rozaq sempat berbincang-bincang dengan pramugari Santi.
“Tidak sedikitpun ada firasat apa-apa. Almarhumah Santi Anggraeni sempat mengatakan, pulang dari Mataram ingin pulang kampung. Kampungnya itu di Yogyakarta kalau tidak salah. Ternyata, benar-benar ‘pulang kampung’, tidak ada firasat. Ternyata ‘pulang kampung’ beneran,” kenang pilot Rozaq saat ditemui di rumahnya, Komplek Garuda, Cipondoh, Tangerang, Jumat (16/12015), tepat 13 tahun pendaratan darurat GA421 di Sungai Bengawan Solo.
Tak disangka, ucapan Santi bak firasat setelah pendaratan darurat GA421 terjadi pada keesokan harinya, 16 Januari 2002. Santi yang duduk di bagian belakang pesawat terhisap keluar dan terlempar jauh.
“Dia duduk di belakang. Begitu tail atau ekor pesawat menyentuh batu besar, itu ternyata adalah tempat duduk 2 pramugari. Karena ada bagian pesawat yang terbuka karena menyentuh batu besar itu, mereka tersedot keluar. Satu terlempar jauh, satunya terlempar tidak jauh. Yang terlempar jauh, tidak tertolong,” kenang Rozaq.
Bagian ekor pesawat yang terantuk batu membuat lubang terbuka di bagian bawah pesawat, yang efeknya seperti balon yang pecah. Perbedaan tekanan di dalam kabin bertekanan tinggi dan di luar kabin bisa menimbulkan efek penyedotan seperti alat vaccum yang dahsyat. Tak ayal, seragam Santi saat ditemukan sudah terlucuti semua.
“Yang saya tidak habis pikir, 2 pramugari terlempar keluar. Yang selamat itu stocking dan dalamannya terlepas kena pressure itu. Yang terlempar jauh itu uniform-nya (baju seragam) hilang semua. Ternyata setelah terlempar dari luar pesawat yang pecah seperti balon, uniform-nya terlucuti semua. Pada saat malam, ada kabar bahwa ada orang tidak berseragam ditemukan, dipertanyakan, apakah ini pramugari atau penumpang. Karena sama sekali tak ada tanda untuk mengidentifikasi,” tuturnya.
Pilot Abdul Rozaq Mengenang Pramugari yang Mangkat Saat GA421 MendaratPilot Abdul Rozaq (Foto: Nograhany WK/detikcom)

Kapten pilot Abdul Rozaq menghitung jumlah penumpang dan kru setelah pesawat Boeing 737-300 Garuda Indonesia GA 421 mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, 16 Januari 2002. Ternyata ada 1 pramugari yang hilang, Santi Anggraeni. Tak ada firasat sebelumnya, selain Santi sempat menyinggung tentang pulang kampung.

Pada 15 Januari 2002, sebelum pesawat berangkat dengan rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram, pilot Abdul Rozaq sempat berbincang-bincang dengan pramugari Santi. 

"Tidak sedikit pun ada firasat apa-apa. Almarhumah Santi Anggraeni sempat mengatakan, pulang dari Mataram ingin pulang kampung. Kampungnya itu di Yogyakarta kalau tidak salah. Ternyata, benar-benar 'pulang kampung', tidak ada firasat. Ternyata 'pulang kampung' beneran," kenang pilot Rozaq saat ditemui di rumahnya, Komplek Garuda, Cipondoh, Tangerang, Jumat (16/1/2015), tepat 13 tahun pendaratan darurat GA 421 di Sungai Bengawan Solo.
 
Tak disangka, ucapan Santi bak firasat setelah pendaratan darurat GA 421 terjadi pada keesokan harinya, 16 Januari 2002. Santi yang duduk di bagian belakang pesawat terhisap keluar dan terlempar jauh. 

"Dia duduk di belakang. Begitu tail atau ekor pesawat menyentuh batu besar, itu ternyata adalah tempat duduk 2 pramugari. Karena ada bagian pesawat yang terbuka karena menyentuh batu besar itu, mereka tersedot keluar. Satu terlempar jauh, satunya terlempar tidak jauh. Yang terlempar jauh, tidak tertolong," kenang Rozaq. 

Bagian ekor pesawat yang terantuk batu membuat lubang terbuka di bagian bawah pesawat, yang efeknya seperti balon yang pecah. Perbedaan tekanan di dalam kabin bertekanan tinggi dan di luar kabin bisa menimbulkan efek penyedotan seperti alat vaccum yang dahsyat. Tak ayal, seragam Santi saat ditemukan sudah terlucuti semua.
 
"Yang saya tidak habis pikir, 2 pramugari terlempar keluar. Yang selamat itustocking dan dalamannya terlepas kena pressure itu. Yang terlempar jauh itu uniform-nya (baju seragam) hilang semua. Ternyata setelah terlempar dari luar pesawat yang pecah seperti balon, uniform-nya terlucuti semua. Pada saat malam, ada kabar bahwa ada orang tidak berseragam ditemukan, dipertanyakan, apakah ini pramugari atau penumpang. Karena sama sekali tak ada tanda untuk mengidentifikasi," tuturnya. 



(Foto: KNKT)

"Jadi perbedaan pressure itu, di kabin dan di dalam, menyebabkan uniformpramugari terbuka semua.Tapi saya tidak tahu dia terlempar berapa jauh, juga karena sudah kebawa arus," imbuhnya.

Pramugari Santi Anggraeni, menjadi satu-satunya korban tewas dalam kecelakaan ini dari 54 penumpang, 4 pramugara-pramugari serta pilot dan kopilot. Saat mangkat dalam tugas, usianya 25 tahun dan hendak berencana melangsungkan pernikahan. 

"Kapan pun, di mana pun kalau sudah waktunya meninggal sudah tak bisa mengelak lagi. Sedikit pun tidak akan mundur," kata pilot Rozaq mengenang hikmah di balik peristiwa ini. 

Setelah pendaratan darurat di Sungai Bengawan Solo itu, pilot Rozaq juga harus berjuang melawan diri sendiri untuk menaklukkan trauma menerbangkan pesawat. 

Kisah Garuda GA421 Di Bengawan Solo - Sigapnya Warga Desa Serenan dan Rumah yang Berjasa dalam Evakuasi GA421

Sigapnya Warga Desa Serenan dan Rumah yang Berjasa dalam Evakuasi GA421
Rumah kosong tempat evakuasi penumpang. Gambar kiri diambil tahun 2002 (Foto via Pilot Abdul Rozaq) dan gambar kanan diambil hari ini (Foto: Muchus Budi R/detikcom)

Solo -
Kecelakaan pesawat Garuda di Bengawan Solo menyisakan cerita dan kenangan mendalam, khususnya bagi warga RT 9 RW 4, Desa Serenan, Juwiring, Klaten. Mereka adalah orang yang pertama kali datang dan membantu para penumpang pesawat yang jatuh di sungai, timur rumah mereka.

Umar, saat itu adalah ketua RW setempat. Rumah miliknya paling dekat dengan lokasi, hanya sekitar 100 meter dari bibir sungai. Rumah dua lantai itu memang hanya digunakannya untuk gudang mebel sebelum dipasarkan. Lokasi jatuhnya pesawat memang merupakan kawasan sentra industri mebel dan kerajinan kayu.

"Kami segera datang ke lokasi setelah melihat pesawat jatuh. Kami segera memberikan pertolongan. Seluruh penumpang kami bawa ke pinggir sungai. Setelah dikumpulkan di rumah gudang milik saya ini. Selanjutnya semua dikirim ke Solo untuk mendapatkan perawatan, karena sebagian besar mengalami luka meskipun luka ringan," ujarnya.



Foto atas diambil tahun 2002 (Foto: via Pilot Abdul Rozaq) dan foto bawah, anggota SAR UNS Ari Kristyono menunjukkan lokasi pesawat saat mendarat diambil hari ini (Foto: Muchus Budi R/detikcom)

Umar juga memaparkan semua penumpang saat itu masih berada di dalam pesawat. Sedangkan seorang pramugari terpental dari pesawat dalam kondisi luka, terseret arus sungai. Pramugari tersebut berhasil ditolong dan selanjutnya dibawa ke rumah Umar dan dibawa ke Solo untuk dirawat.



Di antara kedua jembatan ini pesawat GA421 mendarat darurat. Foto atas diambil kapten pilot Abdul Rozaq tahun 2002 lalu dan foto bawah diambil hari ini (Foto: Muchus Budi R/detikcom)

Sedangkan seorang pramugari lainnya, ditemukan sekitar 1,5 km dari lokasi jatuh pesawat sudah dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Pramugari yang belakangan diketahui bernama Santi Anggraeni itu ditemukan oleh seorang pemancing di Desa Sidowarno pada Rabu (16/1/2002) sore.

"Pramugari itu ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dan hanya mengenakan pakaian dalam. Mungkin seluruh pakaiannya terlepas saat tersedot keluar an terlempar dari badan pesawat," ujar Umar.

Rumah Umar itu masih berjasa untuk tahapan operasi selanjutnya. Tim SAR dan para penyelam Kopaska menggunakan rumah tersebut sebagai posko hingga operasi selesai.

Kini rumah tersebut tidak hanya digunakan sebagai gudang, namun juga digunakan untuk produksi mebel oleh Umar.

Pihak Garuda juga tidak begitu saja melupakan budi baik warga sekitar atas kejadian kecelakaan yang menimpa pesawatnya. Di desa itu, Garuda juga melakukan pengerasan jalan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat.



(Foto: Muchus Budi R/detikcom)

Garuda membangunkan sebuah gedung serba-guna untuk warga, dan membangun sebuah fasilitas reservoir untuk pengadaan air bersih bagi warga.



(Foto: Muchus Budi R/detikcom)

Presiden Memberikan Penghargaan kepada Kru Boeing 737


Liputan6.com, Jakarta: Presiden Megawati Sukarnoputri, Rabu (13/2), memberi penghargaan kepada kru pesawat Boeing 737-300 milik Garuda Airlines. Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat bernomor penerbangan GA 421 itu mendarat darurat di anak Sungai Bengawan Solo, Klaten, Jawa Tengah, 16 Januari silam. Dalam pendaratan darurat itu, semua penumpang selamat. Namun, seorang pramugari tewas [baca: Pesawat Garuda Mendarat Darurat di Bengawan Solo]

Kru pesawat Boeing 737-300 yang menghadap Presiden Megawati diwakili enam orang awak dengan dipimpin Direktur Operasi PT Garuda Indonesia Rudy A. Hardiono. Di antara para awak pesawat terlihat pula pilot Kapten Abdul Rozak serta kopilot Hariyadi Gunawan. Dalam pertemuan itu, mereka menjelaskan kembali kejadian saat pesawat terpaksa mendarat darurat. 

Seusai pertemuan, Rudy mengungkapkan, pemberian penghargaan secara resmi baru akan dilakukan akhir bulan depan. Dikemukakan pula bahwa recovery operational crisis management pascakecelakaan masih terus dilakukan. Kegiatan tersebut adalah penanganan penumpang, bangkai pesawat serta investigasi penyebab kecelakaan. 
Kendati demikian, Rudy belum dapat memastikan biaya yang harus dikeluarkan Garuda. Hal yang dapat diperkirakan hanyalah harga pesawat jenis Boeing 737-300 yang sekitar US$ 40 juta.(Olivia Rosalia dan Hendro Wahyudi).

http://news.liputan6.com/read/29071/presiden-memberikan-penghargaan-kepada-kru-boeing-737

Hikmah Tersembunyi Pasca GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo

105300_garudaga421knkt2

Jakarta – Setelah berhasil mendaratkan pesawat Boeing 737-300 Garuda IndonesiaGA421 di atas Sungai Bengawan Solo pada 16 Januari 2002 lalu, pilot Abdul Rozaq langsung membantu evakuasi penumpang. Aneka reaksi penumpang dan kru, serta hikmah tersembunyi didapati pilot Rozaq setelah berada di daratan.
“Banyak kejadian di luar akal manusia. Kenapa harus di situ, kenapa harus berputar. Ternyata, di situ ada rumah kosong. Cukup luas, tapi belum jadi. Rumah itu jadi tempat evakuasi penumpang,” tutur pilot Abdul Rozaq saat ditemui detikcom di rumahnya yang asri, di Komplek Garuda, Cipondoh, Tangerang, Banten, Jumat (16/1/2015) lalu, tepat 13 tahun peristiwa pendaratan darurat GA421.
Rumah kosong tempat evakuasi penumpang (Foto: via Pilot Abdul Rozaq)

Rozaq juga mendapati bahwa di lokasi pendaratan darurat, yang belakangan diketahui di Dusun Serenan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah itu ada tempat kerajinan mebel. Tempat kerajinan mebel itu memiliki 2 mobil, yang saat itu tersedia karena tak ada mebel yang diantar.
“Sehingga ada 2 mobil kosong yang siap mengantarkan penumpang ke rumah sakit,” jelas dia.
Tak cuma itu, di Desa Serenan itu ternyata satu-satunya desa yang memiliki saluran telepon. Sehingga komunikasi dalam keadaan darurat itu bisa dengan mudah dilakukan. Hikmah lainnya, lokasi pendaratan darurat pesawat GA421 itu sangat tepat. Kontur sungainya berada di kontur yang datar. Sementara, kontur sungai itu seperti gunung.
“Kemudian diceritakan Paska yang mencari kotak hitam itu, ternyata kondisi sungainya itu seperti gunung. Jadi tempat saya mendaratkan pesawat itu bagian yang datar di atas. Bila mendaratkan sebelumnya, itu dalam, setelahnya juga. Kalau mendaratkan sebelum bagian itu kemungkinan semua mati, setelahnya juga, kemungkinan semua mati,” kenang Rozaq yang saat ditemui memakai kaos berkerah warna merah bata.
Di desa itu pula, tiba-tiba ada seseorang yang menyapa sang kopilot, Haryadi Gunawan. Mulanya, mereka tak habis pikir di tempat ini ada saja yang mengenal kopilot. Usut punya usut, seseorang yang menyapa kopilot dengan sebutan ‘Pak Hary’ ini adalah tetangga Haryadi di Bekasi.
“Karena sudah kenal dengan kopilotnya, kita malah dijamu oleh penduduk desa itu,” tutur Rozaq.
Belum habis keheranannya, dirinya juga bingung mengapa saat melakukan pendaratan darurat itu, kemudi pesawat yang dipegangnya sangat enteng.
Padahal, biasanya kemudi pesawat itu terasa berat.
Pilot Abdul Rozaq kala ditemui di rumahnya (Foto: Nograhany WK/detikcom)
Pilot Abdul Rozaq kala ditemui di rumahnya (Foto: Nograhany WK/detikcom)

“Saya juga tidak percaya kok saya bisa ya (mendaratkan pesawat di sungai). Saya sendiri bertanya-tanya, tadinya saya tidak mengerti dan ingin mengulang peristiwa itu melalui simulator. Bisa tidak sebetulnya? Cuma saya tidak utarakan. Saya heran, kok enteng (setir pesawatnya),” tuturnya.
Belakangan, penjelasan ilmiah mengenai ringannya setir pesawat itu ditemukan Rozaq. Ternyata, kemudi pesawat yang ringan itu karena mesin pesawat terkena angin yang kemudian memutar mesin itu sedikit hingga menggerakkan sistem hidrolik.
“Mesin yang kena angin itu bisa menggerakkan hidrolik dan akhirnya pengaruh ke steering pesawat. Angin memutar mesin sedikit, kemudian
menggerakkan hidrolik,” demikian jelasnya.
Kembali ke sesaat setelah pendaratan darurat terjadi, tak ada penumpang atau kru yang berani keluar dari badan pesawat. Namun, penduduk setempat meneriaki untuk keluar saja karena ketinggian airnya mencapai sepinggul. Akhirnya dirinya beserta kru kabin keluar dan benar, kedalamannya cukup dangkal. Pramugara senior Tuhu Wasono pun berteriak “Evacuate! Evacuate!”.
Pilot Rozaq, kopilot Haryadi beranjak ke kabin ikut membantu evakuasi penumpang. Bahkan penduduk desa menghampiri pesawat dan ikut mengevakuasi penumpang.
“Setelah terevakuasi semua, tangan saya gemetar. Saya tidak tahu saya harus berkomunikasi dengan apa. Saya ambil HP saya, kemudian saya tidak tahu mau pencet nomor siapa. Kemudian saya tawarkan HP saya pada pramugari, yang ternyata dia bahkan tidak ingat namanya siapa. Akhirnya saya telepon kantor. Yang terima kebetulan Chief saya,” kata Rozaq.
Rozaq lantas mengabarkan ke atasannya bahwa pesawatnya mengalami kondisi darurat. Setelah tanya-tanya penduduk desa, diketahui lokasi
pendaratannya di Desa Serenan, Juwiring, Klaten, 15 km dari Solo.
“Kantor kemudian kontak ke stasiun Yogyakarta dan Solo untuk mencari. Saya komunikasi terus, sehingga cepat ditemukan,” kenang dia.
Setelah situasi cukup tenang, Rozaq menyaksikan reaksi beberapa penumpang. Saat briefing darurat, tampaknya ada yang tidak mendengar briefing itu sehingga tidak merasakan bahwa pesawat meluncur darurat di atas sungai.
“Ada yang merasa ‘Tahu-tahu kaki saya kok basah ya’. Ada juga 1 penumpang dari Italia, dia masih bimbang, tidak tahu masih hidup atau tidak. Dia bilang, ‘Tolong tonjok saya’ pada warga desa. Akhirnya ditonjok beneran, dan merasakan sakit hingga akhirnya sadar dia masih hidup,” tuturnya.
Ada pula penumpang yang begitu pendaratan darurat dilakukan, langsung pingsan. Setelah siuman di rumah sakit, penumpang itu bertanya-tanya, ada kejadian apa hingga dirinya dirawat di rumah sakit.
54 Penumpang selamat, menurut Rozaq, 90% -nya adalah dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang saat itu hendak menghadiri muktamar di
Yogyakarta. Namun demikian, pendaratan darurat itu bukan tidak memakan korban.
“Setelah terevakuasi semua, saya hitung. Ada satu pramugari saya tidak ada. Saya masuk lagi, cari ke dalam kabin, ke kokpit, satu pramugari saya itu tidak ada. Cuma satu pramugari saya itu yang tidak ada,” tuturnya pelan.

http://news.lewatmana.com/hikmah-tersembunyi-pasca-ga421-mendarat-di-sungai-bengawan-solo/

Sabtu, 30 April 2016

Saduran : Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002

Cerita ane sadur dari halaman kaskus.co.id ya gan, maksud ane biar ada tambahan pempublikasinya tidak hanya kaskus saja dan kalau dilihat di blog lebih enak dibacanya.
TAK TERPUTUS HANYA SAMPAI 16 JANUARI 2002
Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002


1. Sekilas Kenangan

Tak akan terlupakan kejadian heroik yang terjadi pada flight GA-421 dengan route Mataram-Jogjakarta pada tanggal 16 januari 2002, terlebih lagi di benak para khalifah ALLAH SWT yang berada dalam pesawat Boeing 737-300 dengan registrasi PK-GWA, akan menjadi salah satu kenangan terbesar sepanjang hayat.

Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002
Boeing 737-300 PK-GWA saat masih gagah

Dalam keseharian dunia penerbangan, mungkin lazim terdengar penumpang “banyak yang selamat” karena pesawat mengalami roll-out (keluar landasan) pada saat landing (kecuali kejadian lion air di Solo). Tetapi Subhanallah, amat sangat luar biasa jika sebuah pesawat mengalami engine 1 & 2 flame out yang menyebabkan kedua mesin pesawat tersebut mati total beserta aliran listrik didalam pesawat tersebut, dapat mendarat mulus dengan baik di anak sungai Bengawan Solo. Memang sungguh besar mukjizat ALLAH SWT melalui perantara Capt.Abdul Rozaq dan F.O Heryadi Gunawan. “Saya anggap sungai Bengawan Solo itu seolah-olah runway-nya,” cerita Abdul Rozaq, captain asal Kudus, Jawa Tengah, 29 Maret mendatang akan genap 57 tahun.

Bukan hanya mendarat dengan badan pesawat intact utuh, bahkan pesawat yang ber-registrasi PK-GWA yang di piloti Cpt. Abdul Rozaq dan Heryadi Gunawan tersebut sempat dua kali berputar di atas “runaway” air tersebut. Tetapi takdir ALLAH SWT berkehendak lain pada salah seorang Flight Attendant almh.Santi Anggraeni yang menemui ajalnya dalam penerbangan GA421. Namun demikian, para penumpang beserta awak kabin lainnya dalam keadaan selamat. Sebuah peristiwa yang tidak dapat di telaah dengan keterbatasan logika manusia.

Bayangkan, jika di logikakan, sisa power saat mesin yang mati seharusnya akan kalah berlawanan dengan gaya gravitasi bumi sehingga pesawat akan jatuh bak onggokan besi raksasa dari angkasa yang menghujam ke bumi dengan impact yang sangat tinggi, juga hidraulik yang mati pada keadaan pesawat mati akan memberatkan pilot dalam menggerakkan control column agar pesawat berbelok. Bayangkan bobot pesawat tersebut kurang lebih 54 ton yang dijalankan secara manual oleh pilot dalam keadaan instrumen “serba MATI”. Namun Subhanallah, pilot pada penerbangan 421 yang mendapat mukjizat dapat mengarahkan pesawatnya sehingga dapat mendarat dengan baik di anak sungai bengawan solo yang merupakan sungai terpanjang di pulau Jawa.

Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002
PK-GWA Boeing 737-300 pasca mendarat darurat di anak sungai Bengawan Solo



2. Tak Sampai di Sini Saja

Apa yang terjadi pada penumpang GA421 setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa pada 16 januari 2002 tersebut? Luar biasa, tak seperti penumpang awak kabin pesawat lain (atau penumpang selamat pada kecelakaan pesawat lain) ada yang tidak saling mengenal mungkin, apalagi mengadakan acara halal bihalal rutin tiap tahunnya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan “Manusia isi burung besi PK-GWA” pada flight 421. 
Seluruh penumpang dan awak kabin PK-GWA GA 421 rutin menyelenggarakan silaturrahmi tiap tahunnya, tidak hanya meet and say hello pada saat kejadian. Selama perjalanan waktu acara-acara silaturrahmi tersebut diselenggarakan di 2 daerah yaitu, jakarta dan lombok. Pada 16 Januari 2013, acara diadakan di restaurant Dapur Sunda di daerah pancoran, persisnya di samping museum Satya Mandala TNI-AU, Jakarta selatan.

Pada hari itu penulis di ajak oleh “Om Rozaq” dan istri beliau “tante Istiqomah” (begitu sapaan akrab penulis dengan Capt. Abdul Rozaq dan istrinya), untuk acara makan siang “saja”. (Sebelum sampai di tempat acara penulis tidak tahu sama sekali bahwa akan menghadiri acara rutin para pelaku sejarah heroik di dunia dirgantara Indonesia). Sesampainya di tempat acara, suasana masih biasa biasa saja, penulis masih menganggap ini makan siang saja. 

Setelah duduk di meja makan dan ditawarkan menu oleh pelayan Capt. Abdul Rozaq memberitahu bahwa kita sekarang pesan minum saja, makannya nanti. Disini penulis mulai heran, apa yang akan terjadi. Tiba –tiba Tante (istri Capt. Abdul Rozaq) berkata kepada penulis, “Kita lagi nunggu penumpang GA 421 lainnya”. Penulis makin heran. “Hari ini kan persis 11 tahun kejadian 16 Januari”. MasyaAllah, penulis yang selalu sering bercerita tentang GA 421 malah lupa bahwa hari itu adalah tanggal bersejarah GA-421. Capt. Abdul Rozaq yang berada disamping istrinya tertawa terbahak menatap penulis yang heran sekaligus kaget. “ini surprise lho Dra, hahahahaha” ujar Capt. Abdul Rozaq. Penulis ikut tertawa gembira, karena akan bertemu dan bersilaturrahmi dengan para penumpang dan awak kabin PK-GWA GA421.

Tetapi sayang pada acara tersebut hanya hadir beberapa orang saja dari seluruh jumlah penumpang selamat GA 421. Diantaranya, Capt. Abdul Rozaq beserta istri, Co-pilot Heryadi Gunawan, Ibu Dra. Sutji Suharjanti, Ph.D, Bapak Pasril Wahid (beserta Istri), dan Bapak Ir. Teddy Sutedi ( beserta Istri). Dan diacara tersebut hadir seorang “tamu baru” dalam acara silaturrahmi GA421 yaitu penulis.
Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002
Penulis (Paling kiri atas), Capt. Abdul Rozaq dan istri (Kanan bawah, Baju kotak2 dan baju merah+jilbab merah) beserta peserta reuni
Acara memang tidak terlalu ramai, tetapi silaturrahmi berlangsung sangat hangat. “Memang tak terlalu rame-rame amat acaranya, pada 2008 hanya 5 orang yang datang, dan kemaren (16 Jan 2013-pen) Alhamdulillah rame ya” ujar salah satu penumpang yang sangat aktiv mengkoordinir silaturrahmi ini yaitu Dra. Sutji Suharjanti, Ph.D saat di hubungi pada tanggal 24 Oktober 2013 guna mengklarifikasi untuk penyempuranaan tulisan ini. Mantan Ka. Kanwil badan pertanahan nasional NTB ini sangat bersemangat mengumpulkan kembali penumpang GA 421 dalam acara yang biasanya yang selalu diselenggarakan pada tanggal kejadian. Perawakan beliau yang enerjik, menunjukkan kesungguhan beliau ingin mempererat silaturrahmi antar penumpang dan juga para awak cabin sehingga menimbulkan semangat lagi untuk berkumpul mengikat erat tali silaturrahmi.

Persis dengan pernyataan “Bu’De Sutji” (Begitu panggilan akrab penulis), Capt.Abdul Rozaq menyatakan acara silaturrahmi ini tidak begitu ramai. “Iya, nggak rame Dra, acara yang kemaren (16 Jan 2013-pen) udah rame itu” ujar “Om Rozaq” yang berperawakan sangat lembut ini saat penulis bersilaturrahmi “rutin” melalui telepon seluler pada 24 Oktober 2013 yang juga bertujuan meninjau kembali sumber-sumber untuk melengkapi tulisan ini.
Sampai sekarang, komunikasi diantara penumpang dan awak kabin GA 421 tidak terputus sama sekali. Meskipun berbeda tempat tinggal, para “alumnus” peristiwa bersejarah GA 421 16 Januari 2002 tetap ingin saling bersilaturrahmi jika tidak ada halang rintang. Luar biasa, ujian dari Allah memang untuk meningkatkan derajat hamba-Nya. Setelah di uji, hendaknya seorang hamba akan jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Di sisi lain, sejak menghadiri acara tersebut, penulis juga sangat berbahagia melihat silaturrahmi antara para pelaku sejarah GA 421 di sisi lain penulis juga bahagia karena dapat bersilaturrahmi peserta acara, saudara seiman yang baru di pertemukan pada hari itu. Sampai saat tulisan ini dibuat, penulis menjaga hubungan silaturrahmi dengan menyimpan alamat e-mail dan nomor telfon para peserta acara. 

Sebagai realisasi, 2 bulan setelah acara sekitar bulan Maret 2013, Ibu Dra. Sutji Suharjanti, Ph.D berkunjung ke daerah kediaman penulis, yaitu kota padang. Beliau menghadiri acara pernikahan anak dari rekan beliau di kota ini. Luar biasa, jauh-jauh datang dari kota yang jauh untuk menghadiri undangan dari rekan beliau. Silaturrahmi yang sangat luar biasa. Dan penulis sesekali menyempatkan silaturrahmi kepada Bapak Heryadi Gunawan. Untuk Capt. Abdul Rozaq, adalah salah satu tempat penulis bertukar fikiran, meminta pendapat, dan tak lupa beliau layaknya sebagai dosen, instruktur informal, tempat bertanya segala sesuatu tentang kedirgantaraan bagi penulis yang sangat hobi dengan dunia kedirgantaraan sipil, dan memiliki impian yang belum tercapai untuk menerbangkan pesawat komersil. Semua tak terlepas dari kemurahan hati beliau yang terlihat mulai sejak perkenalan dan bahkan langsung menghadiahi penulis seperangkat hadiah besar dari dunia kedirgantaraan. 

Manusia yang merupakan para khalifah di muka bumi, hendaknya saling menjalin hubungan yang baik dan erat. Selain Hablumminallah, Hablumminannas wajib di jaga. Bukan hidup namanya jika tanpa sosisal dan interaksi sesama manusia. Perlakuan terhadap saudara juga akan di pertanggungjawabkan di hari akhir kelak, dimana hari tersebut merupakan hari keadilan, dan tiada setitikpun ketidakadilan yang menodai hari tersebut. 

Dari uraian diatas, semoga kita dapat mengambil hikmah untuk di realisasikan dalam kehidupan kita di dunia yang bersifat sementara ini. Semua yang di ucapkan yang diperbuat hendaknya untuk mengaharapkan ridho dari sang pencipta yang maha esa, yang maha kekal, yang maha kuasa, yang maha adil, yang maha pengasih lagi maha penyayang, ALLAH SWT. 

Penulis (paling kiri atas) pada saat silaturrahmi GA 421 di Jakarta
Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar besarnya apabila dalam seluruh uraian di atas terdapat kesalahan kata yang menimbulkan kesalahpahaman, kesalahan penulisan, dan segala kekurangan penulis lainnya. Semua yang dilakukan hanya untuk menjalin silaturrahmi, memberikan manfaat satu sama lain dan tak ada sedikitpun niat negatif di dalamnya. Wallahua’alam. Terimakasih juga penulis haturkan kepada seluruh keluarga penumpang dan awak kabin GA 421, yang telah sudi dan tulus dalam bersilaturrahmi, dan terutama tulisan ini lahir dari kisah hidup rekan sekalian. Tak terkecuali kepada seluruh pembaca tulisan, karena telah sudi melihat dan membaca tulisan ini, tanpa dibaca, apalah arti tulisan ini, dan tidaklah bermakna sama sekali. Tak lupa pula mohon koreksi atas kesalahan dalam tulisan ini. semoga Allah membalas ketulusan hati para pembaca sekalian.


Wassalam,
Padang, 25 Oktober 2013 ; Pukul 00.12 WIB
Penulis

Andra Yuliandi


Begitulah sedikit pengalaman hidup ane yang mangstab and berkesan dan ane tumpahkan ke tulisan biar makin mangstab!!! 

http://www.kaskus.co.id/thread/527882c4f9ca174935000004/reuni-penumpang-selamat-tragedi-garuda-indonesia-bengawan-solo-16-januari-2002/

Saduran : Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 2002

Cerita ane sadur dari halaman detik.com ya gan, maksud ane biar ada tambahan pempublikasinya tidak hanya detik saja dan kalau dilihat di blog lebih enak.

Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 2002


Tulisan ini dibuat pada Senin 19 Jan 2015, 09:47 WIB

Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 2002
Jakarta -
Kapten Pilot Abdul Rozaq (58) duduk menerawang kala ditemui di rumahnya yang asri. Rozaq tidak akan lupa mengenai kecelakaan pesawat Garuda Indonesia GA 421 yang mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo karena semua mesinnya mati. "Detik-detik kematian sudah di depan mata," tuturnya.

Memakai kaos polo warna cokelat bata dan berkaca mata, Rozaq sangat lancar dan detil menceritakan detik demi detik sebelum peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu.



Pada 15 Januari 2002 lalu, seharusnya Pilot Rozaq dijadwalkan untuk terbang ke Kalimantan. Namun, Rozaq datang ke kantor paling awal. Sehingga, Rozaq dipindah untuk terbang ke rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram yang jadwal keberangkatannya lebih awal. Rute itu, seharusnya dikomandani oleh pilot lain, namun pilot yang seharusnya dijadwalkan untuk rute itu terlambat karena terjebak banjir. Saat itu, Indonesia sedang dilanda banjir di mana-mana.

"Hari itu, sudah jadwal 3 kali penggantian schedule-nya. Pilot yang pertama telat, kedua telat, ketiga baru saya. Saya waktu itu sebetulnya diplot ke Kalimantan. Saya datang lebih awal, pilot yang kedua agak telat. Karena saya datang lebih awal, saya di-switch ke sana. Jadi jadwalnya tidak seharusnya. Bukan cuma saya, kopilotnya juga," kisah kapten Rozaq saat ditemui detikcom di rumahnya di kawasan Komplek Garuda, Cipondoh, Tangerang, Jumat (16/1/2015), tepat 13 tahun kecelakaan GA 421.

Pun dengan pramugari dan pramugaranya. Sedianya, ada 5 pramugari yang ditetapkan untuk terbang di pesawat Boeing 737-300 itu. Namun, seorang pramugari tidak datang karena terjebak banjir. Alhasil, hanya 4 pramugari yang terbang.

"Waktu itu berangkat rutenya Jakarta-Yogyakarta, baru kemudian ke Mataram. Tidak sedikitpun ada firasat apa-apa," tutur Rozaq.

Setelah sukses menerbangkan pesawat rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram pada 15 Januari 2002 dan bermalam di Mataram, esoknya Rozaq dengan set kru yang sama harus terbang dengan jadwal dari Mataram-Surabaya-Yogyakarta-Jakarta.

Penerbangan dari Mataram-Surabaya normal, namun cuaca sudah hujan sejak pesawatnya terbang di Mataram. Kemudian, saat terbang dari Surabaya ke Yogyakarta, pesawat membawa 54 penumpang, dengan berat total pesawat 56 ton, pesawat yang dipilotinya juga terbang dalam keadaan hujan. Hingga tibalah pesawatnya terbang di ketinggian 31 ribu kaki.

"Di ketinggian 31 ribu kaki, di antara Surabaya-Yogyakarta, saya minta road direct ke Blora, memotong ke kiri. Harusnya ke Lasem. Ternyata diberikan (ATC). Jadi rutenya Blora-Purwodadi-Solo-Yogyakarta. Di ketinggian 31 ribu kaki, itu di depan ada awan CB (Cumulonimbus). Kalau ke kiri, masuk ke area militer di Lanud Iswahyudi, kan tidak boleh terbang di atas area militer. Kalau ke kanan ada gunung. Jadi rutenya memang harus lurus. Pada ketinggian 31 ribu itu, sudah mulai digoncang-goncang," kisahnya.

Weather radar (radar cuaca) di pesawat waktu yang saat itu masih konvensional, hanya menunjukkan 2 warna, hijau dan merah. Hijau berarti area yang aman dilalui, merah itu yang mestinya dihindari.

"Kalau weather radar sekarang ada 4 warna, hijau-tidak begitu kencang, kuning-agak kencang, merah-kencang, magenta-lebih kencang lagi. (Mengacu ukuran turbulensi). Nah, di weather radar dulu cuma ada hijau dan merah, saya memilih yang sudah tipis merahnya, ternyata selanjutnya malah merah semua. Pesawat turbulensi di ketinggian 31 ribu kaki. Turbulensinya setingkat severe turbulence," jelas Rozaq.



Penampakan radar cuaca di pesawat keluaran terbaru, ada 4 warna (Foto: via Kapten Pilot Abdul Rozaq)

Severe turbulence adalah turbulensi yang sangat hebat sehingga bisa menyebabkan penumpang dan awak kabin cedera. Sebelum masuk turbulensi, kapten Rozaq menyalakan lampu seat belt alias lampu penanda sabuk pengaman harus digunakan da membuat pengumuman pada para penumpang. Rozaq juga menyalakan ignition yang berfungsi seperti busi, untuk menambah pengapian. Plus menyalakan mesin anti-es agar mesin tidak mati.

"Karena sudah mulai masuk awan CB besar. Di dalam awan CB itu ada angin, awan, es, campur, jadi supaya aman antinya (anti-ice) sudah ada, supaya mesin tidak mati. Setelah masuk awan CB, tiba-tiba pesawat turun di ketinggian 23 ribu kaki. Kedua mesinnya mati. Suara CB sangat kencang, pesawat terguncang-guncang hebat, ke kiri-kanan-atas-bawah. Di kaca kokpit itu suaranya kencang terhantam-hantam es, sangat kencang," tutur Rozaq pelan mengingat kejadian itu.

Di ketinggian 23 ribu kaki itu mesin pesawat kemudian mati.

"Both engine flame out!" teriak kopilot Haryadi Gunawan seperti ditirukan Rozaq, yang berarti kedua mesin mati.

Saat mendengar kopilot berteriak seperti itu, Rozaq mengaku masih sangsi, "Saya dengar itu berpikir, apa benar dia ngomongnya?".

Kemudian kopilot Haryadi berteriak lagi, "Both engine flame out!".

Rozaq kemudian mengecek sendiri, dan mendapati kenyataan bahwa apa yang dikatakan pilotnya benar. Kemudian, langsung saja Rozaq mengambil langkah-langkah sesuai Standard Operation Procedure (SOP) bila kedua mesin mati.

"Pertama, engine fuel cut off. Itu kalau mobil harus melihat kecepatannya, hingga di kecepatan tertentu supaya dapat kecepatan, supaya dia (mesin) bisa memutar sesuai dengan kecepatan angin. Kemudian saya nyalain kan, seperti di-starter, di-ON-kan lagi, harusnya mau. Dimatikan, ON lagi, tidak mau menyala. ON-kan lagi, tidak mau menyala," katanya.

Di pesawat, ada generator yang standby, bernama Auxiliary Power Unit(APU) yang berada di ujung badan belakang pesawat. Pilot Rozaq dan kopilot Haryadi, mencoba menyalakan standby generator itu.

"Harus dinyalakan standby generator itu, untuk listrik, komunikasi. Karena dapat pressure untuk start mesin, diharapkan dinyalakan. Ternyata, saat dinyalakan, malah baterainya tidak kuat. Baterainya drop. Mati semua. Jadi instrumen, electrical, komunikasi, mati semua," tutur Rozaq.

Dalam kondisi mati mesin, mati listrik juga saluran komunikasi yang terputus, dalam keadaan terguncang-guncang dalam awan CB, dirinya dan kopilot membuka buku panduan darurat. Buku panduan itu memeriksa setiap tahapan SOP, apakah ada tindakan yang terlewat atau tidak dilakukan.

"Diulangi lagi (tindakan SOP saat mesin pesawat mati) dengan Emergency Check List, itu buku panduan restart engine. Jadi kopilot membuka buku, kemudian mengulangi lagi, mungkin ada yang kelupaan tindakannya. Dan di dalam memory item itu, tidak ada yang kelupaan. Tapi tetap tidak bisa menyala mesinnya," jelas dia.

Dalam keadaan demikian, kopilot Haryadi kemudian mengambil mikrofone, untuk mengabarkan kepada Air Traffic Control (ATC).

"Mayday! Mayday!" demikian kata kopilot seperti dituturkan Rozaq.

Rupanya, kopilot lupa bahwa saluran komunikasi ke ATC sudah terputus saat kedua mesin mati dan standby generator tidak bisa dinyalakan.

"Kamu itu komunikasi sama siapa? Komunikasi sudah mati, electrical sudah mati. Sudah, taruh saja," kata Rozaq pada kopilotnya.

Kemudian, pramugara senior Tuhu Wasono melihat ada kondisi darurat di kokpit. Dari kabin, pramugara Tuhu langsung berlari ke kokpit.

"Kemudian dia ke depan, saya briefing, "Prepare for emergency. Kedua mesin kita mati!". Setelah saya menunggu kok tidak ada respon, saya kemudian teriak 'PREPARE EMERGENCY!'. Pramugaranya menyahut 'PREPARE EMERGENCY!'," kenangnya.

Dalam kondisi pesawat mengalami turbulensi hebat, penumpang pun ada yang menangkap briefing pramugara Tuhu, ada yang tidak. Pramugara dan pramugari, juga mengatur untuk memindahkan penumpang dari pintu keluar darurat.

"Harusnya penumpang sudah bisa memakai pelampung, kan pada saat take off, sudah diperagakan cara memakai life vest. Sebagian ter-briefing, sebagian tidak. Saat semua sudah siap, kopilot tetap mengatakan 'Mayday Mayday'. Saya bilang, 'Sudah taruh saja. Mari kita berdoa'," kisahnya.

Bersambung....

Cerita ini bersambung ya gan di detik.com nya, nanti kalau ane sudah ketemu sambunannya ane update lagi blog ini.

Rabu, 24 Februari 2016

Perjalanan ke Kalimantan Selatan ep.1

Ini adalah kunjungan saya ke calon pelanggan saya di Provinsi Kalimantan Selatan, saya bekerja di perusahaan Distributor/agen pomp tiba di bandarta a unBaru,industri kelapa sawit (Palm Oil Company).

Ini nama jadwal ke Customer yang akan saya kunjungi di Kalsel:

- PT Golden Hope Nusantara (Sime Darby Plantation Group)

    Tgl : 22 Februari 2016, di Kotabaru Pulau Laut Utara, Kalsel

- PT Smart Tbk Tarjun Refinery (Sinarmas Group)

   Tgl : 23 Februari 2016, di Tarjun Kelumpang Hilir Kotabaru, Kalsel

- PT Tri Buana Mas (Astra Agro Lestari Group)

   Tgl : 24 Februari 2016, di Bakumpai, Barito Kuala, Kalsel

Saya berangkat dari rumahp ada tanggal 21 Februari 2016 pukul 4:30 dan sampai di CGK pukul 6:00, karena dari rumah saya belum sarapan makanya saya sempatkan dulu sarapan di restoran yg ada di Bandara, saya pilih rumah makan yg kecil mungkin maksud saya cari yg harganya murah, akhirnya saya pilih makan soto ayam, harganya Rp 45000 nasi+soto+kerupuk emping.

Penerbangan pertama saya adalah pukul 07:20 dengan menaiki pesawat Citilink dari bandara Soekarno-Hatta (CGK) menuju ke Banjarmasin (BDJ).

Saya sampai di BDJ pukul 10:05 waktu Banjarmasin, terdapat perbedaan waktu, Waktu do BDJ lebih cepat 1 jam dari waktu di CGK.


Setelah dari BDJ masih harus naik pesawat lagi dari BDJ ke Bandara Gusti Syamsir Alam (KBU) di Kota Baru Pulau Laut Utara, jadwal pesawat saya ke KBU adalah pukul 13:50 WITA, jadinya saya mesti makan siang dulu nih di Bandara.

Awalnya saya mau cari makan siang yg murah jadi saya pilih warung makan diluar gedung bandara, saya pilih nasi+ayam goreng+sayur-sayuran+minum teh manis hangat. Setelah selesai makan dan mau bayar saya terkejut ternyata harganya Rp 45000, itu juga saya minta kwitansi tapi warung tersebut tidak punya stempel. Yah nyesel jug deh makan disitu, udah harganya mahal nasinya juga gak enak, kayak nasi pera murahan gitu.
Ini nih warung pinggiran bandara BDJ.


Padahal kalau saya makan di rumah makan yg di gedung bandara selain makanannya enak dan ada kwitansi yg dipercaya juga harganya 45ribu pasti gak nyesel. Ini ni restoran-restoran yg ada di Bandara BDJ

Usai makan siang saya menuju ke mesjid terdekat di dalam area bandara dan sholat zuhur. Pukul 12:50 Sholat Zuhurur selesai dilaksanakan, saya langsung menuju ke dalam bandara lagi untuk check in pesawat ke KBU. Didalam area check-in saya mencari loket Wings Air yang ke kota baru, ternyata setelah saya bertanya kepetugas yg berjaga loket Wings Air ada di loket Lion Air (karena Wings Air satu group dengan Lion Air).


Tapi ada masalah, info dari petugas saat itu Bandara BDJ ditutup karena ada perbaikan runway, dan juga karena bandara KBU tutup pukul 17:00 jadi petugasnya bingung untuk check in pesawat saya, akhirnya setelah menunggu cukup lama didepan loket check-in saya mendapatkan tiket boarding saya, alhamduliah, meskipun pesawat akan delay dengan waktu yang tidak bisa ditentukan. 



Akhirnya saya menunggu dulu deh sambil mencharge Tablet diruang tunggu.

Akhirnya sampai juga sekitar pukul 15 ada panggilan penerbangan Wings Air ke Kotabaru lanjut saya masuk pesawat Wings Air, agak ngeri-ngeri juga nih mau terbang lagi, hehe...


Lama perjalanan dengan Wings Air dari BDJ ke KBU adalah 30 menit, alhamdulillah saya dan penumpang yang lain selamat sampai tujuan tiba di bandara Kota Baru, pulau laut utara, Kalsel, sampai sekitar pukul 16.


Sampai di bandara Gusti Syamsir Alam (KBU) saya langsung sholat Ashar di mesjid terdekat, kemudian saya cari mobil untuk ke hotel, akhirnya dapat taksi bandara, biayanya sampai Hotel Rp 30000. Taksinya mobil Suzuki APV.

Oke.. Akhirnya setelah perjalanan dengan memakan waktu kurang lebih 20 menit saya tiba di hotel, nama Hotelnya Hotel Gallery di Kotabaru, Pulau Laut Utara.

Baik, cerita selanjutanya dapat dibaca di episode 2...