Sabtu, 30 April 2016

Saduran : Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002

Cerita ane sadur dari halaman kaskus.co.id ya gan, maksud ane biar ada tambahan pempublikasinya tidak hanya kaskus saja dan kalau dilihat di blog lebih enak dibacanya.
TAK TERPUTUS HANYA SAMPAI 16 JANUARI 2002
Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002


1. Sekilas Kenangan

Tak akan terlupakan kejadian heroik yang terjadi pada flight GA-421 dengan route Mataram-Jogjakarta pada tanggal 16 januari 2002, terlebih lagi di benak para khalifah ALLAH SWT yang berada dalam pesawat Boeing 737-300 dengan registrasi PK-GWA, akan menjadi salah satu kenangan terbesar sepanjang hayat.

Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002
Boeing 737-300 PK-GWA saat masih gagah

Dalam keseharian dunia penerbangan, mungkin lazim terdengar penumpang “banyak yang selamat” karena pesawat mengalami roll-out (keluar landasan) pada saat landing (kecuali kejadian lion air di Solo). Tetapi Subhanallah, amat sangat luar biasa jika sebuah pesawat mengalami engine 1 & 2 flame out yang menyebabkan kedua mesin pesawat tersebut mati total beserta aliran listrik didalam pesawat tersebut, dapat mendarat mulus dengan baik di anak sungai Bengawan Solo. Memang sungguh besar mukjizat ALLAH SWT melalui perantara Capt.Abdul Rozaq dan F.O Heryadi Gunawan. “Saya anggap sungai Bengawan Solo itu seolah-olah runway-nya,” cerita Abdul Rozaq, captain asal Kudus, Jawa Tengah, 29 Maret mendatang akan genap 57 tahun.

Bukan hanya mendarat dengan badan pesawat intact utuh, bahkan pesawat yang ber-registrasi PK-GWA yang di piloti Cpt. Abdul Rozaq dan Heryadi Gunawan tersebut sempat dua kali berputar di atas “runaway” air tersebut. Tetapi takdir ALLAH SWT berkehendak lain pada salah seorang Flight Attendant almh.Santi Anggraeni yang menemui ajalnya dalam penerbangan GA421. Namun demikian, para penumpang beserta awak kabin lainnya dalam keadaan selamat. Sebuah peristiwa yang tidak dapat di telaah dengan keterbatasan logika manusia.

Bayangkan, jika di logikakan, sisa power saat mesin yang mati seharusnya akan kalah berlawanan dengan gaya gravitasi bumi sehingga pesawat akan jatuh bak onggokan besi raksasa dari angkasa yang menghujam ke bumi dengan impact yang sangat tinggi, juga hidraulik yang mati pada keadaan pesawat mati akan memberatkan pilot dalam menggerakkan control column agar pesawat berbelok. Bayangkan bobot pesawat tersebut kurang lebih 54 ton yang dijalankan secara manual oleh pilot dalam keadaan instrumen “serba MATI”. Namun Subhanallah, pilot pada penerbangan 421 yang mendapat mukjizat dapat mengarahkan pesawatnya sehingga dapat mendarat dengan baik di anak sungai bengawan solo yang merupakan sungai terpanjang di pulau Jawa.

Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002
PK-GWA Boeing 737-300 pasca mendarat darurat di anak sungai Bengawan Solo



2. Tak Sampai di Sini Saja

Apa yang terjadi pada penumpang GA421 setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa pada 16 januari 2002 tersebut? Luar biasa, tak seperti penumpang awak kabin pesawat lain (atau penumpang selamat pada kecelakaan pesawat lain) ada yang tidak saling mengenal mungkin, apalagi mengadakan acara halal bihalal rutin tiap tahunnya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan “Manusia isi burung besi PK-GWA” pada flight 421. 
Seluruh penumpang dan awak kabin PK-GWA GA 421 rutin menyelenggarakan silaturrahmi tiap tahunnya, tidak hanya meet and say hello pada saat kejadian. Selama perjalanan waktu acara-acara silaturrahmi tersebut diselenggarakan di 2 daerah yaitu, jakarta dan lombok. Pada 16 Januari 2013, acara diadakan di restaurant Dapur Sunda di daerah pancoran, persisnya di samping museum Satya Mandala TNI-AU, Jakarta selatan.

Pada hari itu penulis di ajak oleh “Om Rozaq” dan istri beliau “tante Istiqomah” (begitu sapaan akrab penulis dengan Capt. Abdul Rozaq dan istrinya), untuk acara makan siang “saja”. (Sebelum sampai di tempat acara penulis tidak tahu sama sekali bahwa akan menghadiri acara rutin para pelaku sejarah heroik di dunia dirgantara Indonesia). Sesampainya di tempat acara, suasana masih biasa biasa saja, penulis masih menganggap ini makan siang saja. 

Setelah duduk di meja makan dan ditawarkan menu oleh pelayan Capt. Abdul Rozaq memberitahu bahwa kita sekarang pesan minum saja, makannya nanti. Disini penulis mulai heran, apa yang akan terjadi. Tiba –tiba Tante (istri Capt. Abdul Rozaq) berkata kepada penulis, “Kita lagi nunggu penumpang GA 421 lainnya”. Penulis makin heran. “Hari ini kan persis 11 tahun kejadian 16 Januari”. MasyaAllah, penulis yang selalu sering bercerita tentang GA 421 malah lupa bahwa hari itu adalah tanggal bersejarah GA-421. Capt. Abdul Rozaq yang berada disamping istrinya tertawa terbahak menatap penulis yang heran sekaligus kaget. “ini surprise lho Dra, hahahahaha” ujar Capt. Abdul Rozaq. Penulis ikut tertawa gembira, karena akan bertemu dan bersilaturrahmi dengan para penumpang dan awak kabin PK-GWA GA421.

Tetapi sayang pada acara tersebut hanya hadir beberapa orang saja dari seluruh jumlah penumpang selamat GA 421. Diantaranya, Capt. Abdul Rozaq beserta istri, Co-pilot Heryadi Gunawan, Ibu Dra. Sutji Suharjanti, Ph.D, Bapak Pasril Wahid (beserta Istri), dan Bapak Ir. Teddy Sutedi ( beserta Istri). Dan diacara tersebut hadir seorang “tamu baru” dalam acara silaturrahmi GA421 yaitu penulis.
Reuni Penumpang Selamat Tragedi Garuda Indonesia Bengawan solo 16 Januari 2002
Penulis (Paling kiri atas), Capt. Abdul Rozaq dan istri (Kanan bawah, Baju kotak2 dan baju merah+jilbab merah) beserta peserta reuni
Acara memang tidak terlalu ramai, tetapi silaturrahmi berlangsung sangat hangat. “Memang tak terlalu rame-rame amat acaranya, pada 2008 hanya 5 orang yang datang, dan kemaren (16 Jan 2013-pen) Alhamdulillah rame ya” ujar salah satu penumpang yang sangat aktiv mengkoordinir silaturrahmi ini yaitu Dra. Sutji Suharjanti, Ph.D saat di hubungi pada tanggal 24 Oktober 2013 guna mengklarifikasi untuk penyempuranaan tulisan ini. Mantan Ka. Kanwil badan pertanahan nasional NTB ini sangat bersemangat mengumpulkan kembali penumpang GA 421 dalam acara yang biasanya yang selalu diselenggarakan pada tanggal kejadian. Perawakan beliau yang enerjik, menunjukkan kesungguhan beliau ingin mempererat silaturrahmi antar penumpang dan juga para awak cabin sehingga menimbulkan semangat lagi untuk berkumpul mengikat erat tali silaturrahmi.

Persis dengan pernyataan “Bu’De Sutji” (Begitu panggilan akrab penulis), Capt.Abdul Rozaq menyatakan acara silaturrahmi ini tidak begitu ramai. “Iya, nggak rame Dra, acara yang kemaren (16 Jan 2013-pen) udah rame itu” ujar “Om Rozaq” yang berperawakan sangat lembut ini saat penulis bersilaturrahmi “rutin” melalui telepon seluler pada 24 Oktober 2013 yang juga bertujuan meninjau kembali sumber-sumber untuk melengkapi tulisan ini.
Sampai sekarang, komunikasi diantara penumpang dan awak kabin GA 421 tidak terputus sama sekali. Meskipun berbeda tempat tinggal, para “alumnus” peristiwa bersejarah GA 421 16 Januari 2002 tetap ingin saling bersilaturrahmi jika tidak ada halang rintang. Luar biasa, ujian dari Allah memang untuk meningkatkan derajat hamba-Nya. Setelah di uji, hendaknya seorang hamba akan jauh lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Di sisi lain, sejak menghadiri acara tersebut, penulis juga sangat berbahagia melihat silaturrahmi antara para pelaku sejarah GA 421 di sisi lain penulis juga bahagia karena dapat bersilaturrahmi peserta acara, saudara seiman yang baru di pertemukan pada hari itu. Sampai saat tulisan ini dibuat, penulis menjaga hubungan silaturrahmi dengan menyimpan alamat e-mail dan nomor telfon para peserta acara. 

Sebagai realisasi, 2 bulan setelah acara sekitar bulan Maret 2013, Ibu Dra. Sutji Suharjanti, Ph.D berkunjung ke daerah kediaman penulis, yaitu kota padang. Beliau menghadiri acara pernikahan anak dari rekan beliau di kota ini. Luar biasa, jauh-jauh datang dari kota yang jauh untuk menghadiri undangan dari rekan beliau. Silaturrahmi yang sangat luar biasa. Dan penulis sesekali menyempatkan silaturrahmi kepada Bapak Heryadi Gunawan. Untuk Capt. Abdul Rozaq, adalah salah satu tempat penulis bertukar fikiran, meminta pendapat, dan tak lupa beliau layaknya sebagai dosen, instruktur informal, tempat bertanya segala sesuatu tentang kedirgantaraan bagi penulis yang sangat hobi dengan dunia kedirgantaraan sipil, dan memiliki impian yang belum tercapai untuk menerbangkan pesawat komersil. Semua tak terlepas dari kemurahan hati beliau yang terlihat mulai sejak perkenalan dan bahkan langsung menghadiahi penulis seperangkat hadiah besar dari dunia kedirgantaraan. 

Manusia yang merupakan para khalifah di muka bumi, hendaknya saling menjalin hubungan yang baik dan erat. Selain Hablumminallah, Hablumminannas wajib di jaga. Bukan hidup namanya jika tanpa sosisal dan interaksi sesama manusia. Perlakuan terhadap saudara juga akan di pertanggungjawabkan di hari akhir kelak, dimana hari tersebut merupakan hari keadilan, dan tiada setitikpun ketidakadilan yang menodai hari tersebut. 

Dari uraian diatas, semoga kita dapat mengambil hikmah untuk di realisasikan dalam kehidupan kita di dunia yang bersifat sementara ini. Semua yang di ucapkan yang diperbuat hendaknya untuk mengaharapkan ridho dari sang pencipta yang maha esa, yang maha kekal, yang maha kuasa, yang maha adil, yang maha pengasih lagi maha penyayang, ALLAH SWT. 

Penulis (paling kiri atas) pada saat silaturrahmi GA 421 di Jakarta
Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar besarnya apabila dalam seluruh uraian di atas terdapat kesalahan kata yang menimbulkan kesalahpahaman, kesalahan penulisan, dan segala kekurangan penulis lainnya. Semua yang dilakukan hanya untuk menjalin silaturrahmi, memberikan manfaat satu sama lain dan tak ada sedikitpun niat negatif di dalamnya. Wallahua’alam. Terimakasih juga penulis haturkan kepada seluruh keluarga penumpang dan awak kabin GA 421, yang telah sudi dan tulus dalam bersilaturrahmi, dan terutama tulisan ini lahir dari kisah hidup rekan sekalian. Tak terkecuali kepada seluruh pembaca tulisan, karena telah sudi melihat dan membaca tulisan ini, tanpa dibaca, apalah arti tulisan ini, dan tidaklah bermakna sama sekali. Tak lupa pula mohon koreksi atas kesalahan dalam tulisan ini. semoga Allah membalas ketulusan hati para pembaca sekalian.


Wassalam,
Padang, 25 Oktober 2013 ; Pukul 00.12 WIB
Penulis

Andra Yuliandi


Begitulah sedikit pengalaman hidup ane yang mangstab and berkesan dan ane tumpahkan ke tulisan biar makin mangstab!!! 

http://www.kaskus.co.id/thread/527882c4f9ca174935000004/reuni-penumpang-selamat-tragedi-garuda-indonesia-bengawan-solo-16-januari-2002/

Saduran : Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 2002

Cerita ane sadur dari halaman detik.com ya gan, maksud ane biar ada tambahan pempublikasinya tidak hanya detik saja dan kalau dilihat di blog lebih enak.

Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 2002


Tulisan ini dibuat pada Senin 19 Jan 2015, 09:47 WIB

Mengenang Garuda GA421 Mendarat di Sungai Bengawan Solo 16 Januari 2002
Jakarta -
Kapten Pilot Abdul Rozaq (58) duduk menerawang kala ditemui di rumahnya yang asri. Rozaq tidak akan lupa mengenai kecelakaan pesawat Garuda Indonesia GA 421 yang mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo karena semua mesinnya mati. "Detik-detik kematian sudah di depan mata," tuturnya.

Memakai kaos polo warna cokelat bata dan berkaca mata, Rozaq sangat lancar dan detil menceritakan detik demi detik sebelum peristiwa yang nyaris merenggut nyawanya itu.



Pada 15 Januari 2002 lalu, seharusnya Pilot Rozaq dijadwalkan untuk terbang ke Kalimantan. Namun, Rozaq datang ke kantor paling awal. Sehingga, Rozaq dipindah untuk terbang ke rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram yang jadwal keberangkatannya lebih awal. Rute itu, seharusnya dikomandani oleh pilot lain, namun pilot yang seharusnya dijadwalkan untuk rute itu terlambat karena terjebak banjir. Saat itu, Indonesia sedang dilanda banjir di mana-mana.

"Hari itu, sudah jadwal 3 kali penggantian schedule-nya. Pilot yang pertama telat, kedua telat, ketiga baru saya. Saya waktu itu sebetulnya diplot ke Kalimantan. Saya datang lebih awal, pilot yang kedua agak telat. Karena saya datang lebih awal, saya di-switch ke sana. Jadi jadwalnya tidak seharusnya. Bukan cuma saya, kopilotnya juga," kisah kapten Rozaq saat ditemui detikcom di rumahnya di kawasan Komplek Garuda, Cipondoh, Tangerang, Jumat (16/1/2015), tepat 13 tahun kecelakaan GA 421.

Pun dengan pramugari dan pramugaranya. Sedianya, ada 5 pramugari yang ditetapkan untuk terbang di pesawat Boeing 737-300 itu. Namun, seorang pramugari tidak datang karena terjebak banjir. Alhasil, hanya 4 pramugari yang terbang.

"Waktu itu berangkat rutenya Jakarta-Yogyakarta, baru kemudian ke Mataram. Tidak sedikitpun ada firasat apa-apa," tutur Rozaq.

Setelah sukses menerbangkan pesawat rute Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Mataram pada 15 Januari 2002 dan bermalam di Mataram, esoknya Rozaq dengan set kru yang sama harus terbang dengan jadwal dari Mataram-Surabaya-Yogyakarta-Jakarta.

Penerbangan dari Mataram-Surabaya normal, namun cuaca sudah hujan sejak pesawatnya terbang di Mataram. Kemudian, saat terbang dari Surabaya ke Yogyakarta, pesawat membawa 54 penumpang, dengan berat total pesawat 56 ton, pesawat yang dipilotinya juga terbang dalam keadaan hujan. Hingga tibalah pesawatnya terbang di ketinggian 31 ribu kaki.

"Di ketinggian 31 ribu kaki, di antara Surabaya-Yogyakarta, saya minta road direct ke Blora, memotong ke kiri. Harusnya ke Lasem. Ternyata diberikan (ATC). Jadi rutenya Blora-Purwodadi-Solo-Yogyakarta. Di ketinggian 31 ribu kaki, itu di depan ada awan CB (Cumulonimbus). Kalau ke kiri, masuk ke area militer di Lanud Iswahyudi, kan tidak boleh terbang di atas area militer. Kalau ke kanan ada gunung. Jadi rutenya memang harus lurus. Pada ketinggian 31 ribu itu, sudah mulai digoncang-goncang," kisahnya.

Weather radar (radar cuaca) di pesawat waktu yang saat itu masih konvensional, hanya menunjukkan 2 warna, hijau dan merah. Hijau berarti area yang aman dilalui, merah itu yang mestinya dihindari.

"Kalau weather radar sekarang ada 4 warna, hijau-tidak begitu kencang, kuning-agak kencang, merah-kencang, magenta-lebih kencang lagi. (Mengacu ukuran turbulensi). Nah, di weather radar dulu cuma ada hijau dan merah, saya memilih yang sudah tipis merahnya, ternyata selanjutnya malah merah semua. Pesawat turbulensi di ketinggian 31 ribu kaki. Turbulensinya setingkat severe turbulence," jelas Rozaq.



Penampakan radar cuaca di pesawat keluaran terbaru, ada 4 warna (Foto: via Kapten Pilot Abdul Rozaq)

Severe turbulence adalah turbulensi yang sangat hebat sehingga bisa menyebabkan penumpang dan awak kabin cedera. Sebelum masuk turbulensi, kapten Rozaq menyalakan lampu seat belt alias lampu penanda sabuk pengaman harus digunakan da membuat pengumuman pada para penumpang. Rozaq juga menyalakan ignition yang berfungsi seperti busi, untuk menambah pengapian. Plus menyalakan mesin anti-es agar mesin tidak mati.

"Karena sudah mulai masuk awan CB besar. Di dalam awan CB itu ada angin, awan, es, campur, jadi supaya aman antinya (anti-ice) sudah ada, supaya mesin tidak mati. Setelah masuk awan CB, tiba-tiba pesawat turun di ketinggian 23 ribu kaki. Kedua mesinnya mati. Suara CB sangat kencang, pesawat terguncang-guncang hebat, ke kiri-kanan-atas-bawah. Di kaca kokpit itu suaranya kencang terhantam-hantam es, sangat kencang," tutur Rozaq pelan mengingat kejadian itu.

Di ketinggian 23 ribu kaki itu mesin pesawat kemudian mati.

"Both engine flame out!" teriak kopilot Haryadi Gunawan seperti ditirukan Rozaq, yang berarti kedua mesin mati.

Saat mendengar kopilot berteriak seperti itu, Rozaq mengaku masih sangsi, "Saya dengar itu berpikir, apa benar dia ngomongnya?".

Kemudian kopilot Haryadi berteriak lagi, "Both engine flame out!".

Rozaq kemudian mengecek sendiri, dan mendapati kenyataan bahwa apa yang dikatakan pilotnya benar. Kemudian, langsung saja Rozaq mengambil langkah-langkah sesuai Standard Operation Procedure (SOP) bila kedua mesin mati.

"Pertama, engine fuel cut off. Itu kalau mobil harus melihat kecepatannya, hingga di kecepatan tertentu supaya dapat kecepatan, supaya dia (mesin) bisa memutar sesuai dengan kecepatan angin. Kemudian saya nyalain kan, seperti di-starter, di-ON-kan lagi, harusnya mau. Dimatikan, ON lagi, tidak mau menyala. ON-kan lagi, tidak mau menyala," katanya.

Di pesawat, ada generator yang standby, bernama Auxiliary Power Unit(APU) yang berada di ujung badan belakang pesawat. Pilot Rozaq dan kopilot Haryadi, mencoba menyalakan standby generator itu.

"Harus dinyalakan standby generator itu, untuk listrik, komunikasi. Karena dapat pressure untuk start mesin, diharapkan dinyalakan. Ternyata, saat dinyalakan, malah baterainya tidak kuat. Baterainya drop. Mati semua. Jadi instrumen, electrical, komunikasi, mati semua," tutur Rozaq.

Dalam kondisi mati mesin, mati listrik juga saluran komunikasi yang terputus, dalam keadaan terguncang-guncang dalam awan CB, dirinya dan kopilot membuka buku panduan darurat. Buku panduan itu memeriksa setiap tahapan SOP, apakah ada tindakan yang terlewat atau tidak dilakukan.

"Diulangi lagi (tindakan SOP saat mesin pesawat mati) dengan Emergency Check List, itu buku panduan restart engine. Jadi kopilot membuka buku, kemudian mengulangi lagi, mungkin ada yang kelupaan tindakannya. Dan di dalam memory item itu, tidak ada yang kelupaan. Tapi tetap tidak bisa menyala mesinnya," jelas dia.

Dalam keadaan demikian, kopilot Haryadi kemudian mengambil mikrofone, untuk mengabarkan kepada Air Traffic Control (ATC).

"Mayday! Mayday!" demikian kata kopilot seperti dituturkan Rozaq.

Rupanya, kopilot lupa bahwa saluran komunikasi ke ATC sudah terputus saat kedua mesin mati dan standby generator tidak bisa dinyalakan.

"Kamu itu komunikasi sama siapa? Komunikasi sudah mati, electrical sudah mati. Sudah, taruh saja," kata Rozaq pada kopilotnya.

Kemudian, pramugara senior Tuhu Wasono melihat ada kondisi darurat di kokpit. Dari kabin, pramugara Tuhu langsung berlari ke kokpit.

"Kemudian dia ke depan, saya briefing, "Prepare for emergency. Kedua mesin kita mati!". Setelah saya menunggu kok tidak ada respon, saya kemudian teriak 'PREPARE EMERGENCY!'. Pramugaranya menyahut 'PREPARE EMERGENCY!'," kenangnya.

Dalam kondisi pesawat mengalami turbulensi hebat, penumpang pun ada yang menangkap briefing pramugara Tuhu, ada yang tidak. Pramugara dan pramugari, juga mengatur untuk memindahkan penumpang dari pintu keluar darurat.

"Harusnya penumpang sudah bisa memakai pelampung, kan pada saat take off, sudah diperagakan cara memakai life vest. Sebagian ter-briefing, sebagian tidak. Saat semua sudah siap, kopilot tetap mengatakan 'Mayday Mayday'. Saya bilang, 'Sudah taruh saja. Mari kita berdoa'," kisahnya.

Bersambung....

Cerita ini bersambung ya gan di detik.com nya, nanti kalau ane sudah ketemu sambunannya ane update lagi blog ini.